Judul : The Signs that can't lost
Chapter : 2
Rated : Fiction T
Genre : Angst/Hurt/Comfort
MainPair : Hermione G., Draco M.
Summary : Menarik lengan kemeja itu keatas. Tanda kegelapan di tangan Draco tak seperti yang lain. Tandanya masih terlihat baru berwarna hitam legam baru dibakar. Ada kemerahan disekitarnya bahkan tanda itu terlihat timbul. Abal pake banget sorry.
.
.
.
Draco berjalan seakan tubuhnya akan roboh kali itu juga. Tapi ditopang Blaise. Matanya terus tertutup meresapi rasa sakit yang terus menjalar bahkan Hermione berani bersumpah kali ini kulit Draco yang pucat semakin terlihat memucat seperti tak dialiri darah, urat-urat lehernya tercetak jelas. Hanya napas memburu yang memperlihatkan kalau dia masih hidup. Sesekali dia merintih. Dua pemuda itu terus berjalan sesekali Blaise membenarkan posisi Draco yang terus mau merosot ke tanah. Mati-matian Blaise memapah Draco.
"Selemah ini kah kau? Jalanmu seperti wanita mate, apa aku harus mengendongmu?"
"Damn! Tutup mulutmu Zabini. Atau mulutmu yang lebar itu kujahit" Draco mendesis tajam.
"Dia terus memandangmu, Drake"
"Aaaarrggh! ssshh! Percepat langkahmu!" Pekik Draco, ia sama sekali tak memperhatikan kemana pembicaraan ini. Rasa sakitnya sudah menguasai.
Meskipun sakit tetap saja aroganya tak pernah berkurang sebutirpun. Khas Malfoy sekali.
Hermione Pov
Bodoh! Apa yang kau lakukan disini Hermione?! kenapa kau ada disini mematung sambil memandangi punggung rival terbesarmu yang berjalan terhuyung seperti sedang ada badai yang mengombang-ambingkannya, dan kau memandangnya dengan tatapan yang seakan-akan kau peduli padanya. Oh Merlin! Sepertinya Hermione sendiri yang harus ke Hospital Wing untuk memastikan bahwa ada yang salah dengan kepalanya.
Hermione kembali ke Aula besar jalannya seakan terus menyepak udara, hidungnya kembang-kempis menahan kesal bahkan diameter hidungnya sedikit bertambah beberapa milimeter. 'Mau taruh dimana muka ini' batinnya gusar. Tindakan bodoh yang mencoba peduli pada sang Slytherin itu sungguh diluar akal. Peduli pada musuh. Mantan musuh mungkin.
.
.
"Mione sudah selesai? kau puup lama sekali"
Mata Hemione membelalak, dari tadi ia kesal dan sekarang ada pertanyaan konyol yang mengawali kedatangannya "Siapa yang puup?!"
"Tadi berjalan cepat bahkan berlari, seperti lagak orang yang kebelet pup dan hampir keluar. Memangnya kau dari mana sampai tergesa-gesa?" Tanya Ginny polos.
"Mencari sesuatu yang tertinggal, Gin" Jawab sekenanya dan langsung mendaratkan bokongnya dengan apik ke posisi semula yang tadi ditinggalkan.
"Lihat Harry seberapa pengecutnya para Slytherin itu, beraninya kembali kesini. Dasar ular bersisik licik" Whoa well done Ron kau kembali menyulut api.
"Tak banyak yang kembali kelihatannya. Ini sudah berakhir Ron"
Harry menyerigai sesaat tanganya langsung terjulur ke arah salah satu piring. Ron menyadari sesuatu spontan mengikuti arah pandagan Harry voila! Tanganya ikut terjulur.
"Ini milikku." Lidah Ron terjulur mengejek sobatnya
"Kau curang, aku yang pertama melihatnya!"
"Ohh enak sekali potongan terakhir ini, kau lihat sausnya Harry so hot"
"Diam Ron, itu milikku. Kau sudah memakan tiga tadi!"
"Lihat Harry, warnanya merah mengkilap mulus" Kau harus melihat mimik Ron sungguh mengelikan sambil menjilat bibirnya. Ugghh mengelikan.
"Apa yang kalian lakukan, kalian seperti bocah" Hermione memutar bola matanya. Seperti biasa acara perebutan makanan yang tersisa. Kali ini sosis pangang jumbo. Dan selalu berakhir dengan kemeangan ditangan Ron sang pelahap makanan. Kali ini memang Ron yang berhasil mendapatkannya. Tapi tiba-tiba ada mulut yang menyambar sosis di garpu itu.
"Maaf Ron aku belum mengisi perutku dari tadi hehehe" Hermione nyengir sambil mengusap saus disudut bibirnya.
Harry dan Ron mendelik sejadi-jadinya makanan terakhir yang eksotis hilang ditambah lagi Hermione mengambilnya dengan cara sungguh diluar Hermione yang biasa.
Aula besar sudah tak seriuh seperti tadi. Tak ada tepuk tangan yang menggema. Yah, acara penyortiran asrama sudah berakhir. Kini giliran Prof. McGonagall memberikan pidato singkatnya seperti biasa untuk mengawali tahun ajaran yang baru. Senyumnya terus terkembang bahagia. Matanya menyapu ramah para murid baru dan para Gryffindor. Ini dia masa tanpa The Dark Lord Voldemort.
Suara menggema seantero Hogwarts.
"Tahun ini sudah ku putuskan siapa yang akan menjadi Ketua Murid Putra dan Ketua Murid Putri…"
Baru setengah kalimat itu berjalan semua murid sudah berbisik menebak-nebak. Dan bila diakumulasikan suara-suara itu bisa terdengar sekeras anjing yang menyalak.
"Kau makin tenar, Mione" Harry tersenyum menggoda.
"Haa ya! semoga saja kau masih sudi memberi contekan untuk tugas essay yang sedang menanti meskipun sibuk"
"Yep benar Ron" Harry dan Ron ber hi-five
"Akan kupastikan kalian ku detensi jika melakukannya" Alis Hermione terangkat serigainya muncul. "Btw siapa partnerku?"
"Mungkin Goldstein Ravenclaw, sepertinya murid Ravenclaw yang akan menjadi pertnermu mengingat untuk mengimbangi otakmu yang super besar itu" Jawab Ron enteng.
mengarahkan tongkatnya ke arah lehernya
"ATTENTION!" Suaranya melengking indah sampai semua murid terpekakkan telinganya. Kali ini suara-suara mulai hilang senyap. berdehem sejenak merapikan jubahnya.
"Untuk Ketua Murid Putri akan ku serahkan kepada salah satu murid dengan otak cerdas.." Kembali bisik-bisik muncul diantara para Ravenclaw. Yang notabene adalah manusia cerdas dengan intelegensi yang tinggi. Tapi ternyata mereka meleset "yaitu HERMIONE JEAN GRANGER"
Tepuk tangan menggema dan yang paling terdengar keras adalah dari meja Gryffindor. Sedangkan para Slytherin mengernyit jijik tak ada yang bertepuk tangan. Satupun.
"Kita akan dikepalai muggelborn. Hell no!"
"Apa-apaan ini lelucon konyol!"
Protes-protes terdengar dari sebrang meja Gryffindor. Sedangkan di meja Gryffindor semua menjabat dan menepuk hangat pundak ke Hermione. Hermione maju kedepan dengan senyum terkembang. Merona merah, semua menatapnya.
"Dan untuk Ketua Murid Putra akan ku serahkan pada seorang murid dengan kehebatan yang bisa dibilang tinggi, dia salah satu pahlawan…"
Ron dan Hermione serempak bersama semua murid mengalihkan pandangan dari ke seseorang. Dan orang itu hanya bingung
"Apa?" dia hanya mengedikkan bahu.
"Pahlawan dengan kehebatan tinggi tentu kau!" Ron menyahuti.
"Tidak bukan aku"
"Mungin ini kejutan Harry"
Tapi semua berubah setelah Negara api menyerang. Eh salah (garing ya hahaha maap ye wkwkwk) Tapi semua berubah sejak suatu suara melantun keras diataran semua suara yang saling saut menyahut.
"DRACO LUCIUS MALFOY!"
Para mata kemudian kembali keasalnya saling memandang temannya.
"WHHAAAAAAT!" Pekikan keras Ron mengawali keheningan. Matanya melotot hampir keluar. Semua Gryffindor juga melakukannya mata. Meloto sejadi-jadinya. Bahkan seorang gadis yang tadi tadi maju dengan senyum sumringah berganti mimik sama melotot dengan mulut terbuka tak percaya.
Sedangkan dari belakang meja Gryffindor serigai muncul, tepuk tangan menggema diikuti siulan.
"Apa-apan ini lelucon konyol!" Komentar yang sama dari orang yang berbeda. Kali ini dari para singa yang terperangah.
"Pahlawan dengan kehebatan tinggi. Draco? Apanya yang pahlawan?" Seamus berkata seakan baru melihat dia melihat Voldemort dengan hidung mancungnya.
Slytherin menatap tajam ke arah Gryffindor masih dengan serigainya seperti berkata 'Welcome to the hell, baby'
Murid-murid Gryffindor menatap dari Prof. McGonagall ke Hermione ke Harry ke para Gryffindor dan kembali ke Prof. McGonagall. Mereka menganggap Prof. McGonnagal terkena kutukan Imperius entah siapa yang melayangkan. Tapi tak ada yang aneh. Terus ada protes bahkan dari asrama lain.
Suara tepuk tangan mulai mereda, mereka mencari-cari orang yang tadi panggil tapi tak menemukannya.
"Mr. Malfoy?" Ulang Prof. McGonagall
"Dia tadi keluar aula besar bersama Blaise Zabini, Profesor" Jawab salah satu Slytherin Dephne Grangrass.
"Hmmm baiklah kurasa kalian akan melawatkan acara sambutan singkat dari dua ketua murid. Kembalilah menikmati hidangan. Selamat malam" Prof. McGonagall menutup pidatonya.
Bisik-bisik riuh masih terdengar seakan dunia baru bergoyang hebat.
"Mrs. Granger kau boleh kembali. Setelah makan malam tolong ke ruanganku bersama Mr. Malfoy ada yang harus dibicarakan." Kata Prof. McGonagall sambil menyerahkan dua lencara Ketua Murid.
"Baik professor tapi kurasa Malfoy sedang tak enak badan. Er- tadi mukanya.. pucat" Air muka Hermione menunjukkan kehati-hatian, berucappun seperti takut salah.
"Oh benarkah? Kau bisa menjenguknya kalau begitu, kalau memang kondisinya tak memungkinkan bertemu, Anda dan Mr. Malfoy bisa keruanganku besok setelah makan siang"
Hermione memundurkan kepalanya kaget "Menjenguk?" Cuma itu yang keluar dari mulutnya yang mungil.
"Tentu saja kalian akan lebih akrab dengan begitu, kata kunci asramanya adalah -membisikkan sesuatu—Theblesingbasilisk."
"Haruskah professor?"
"Yah harus! Lencananya harus sampai hari ini juga malam ini tepatnya. Paham." Senyum yang dari tadi terukir di paras wanita tua itu kini berubah menjadi tatapan yang menuntut. "Layanggkan saja pengurangan poin atau detensi besar-besaran jika mereka akan membuat onar. Tapi kupastikan mereka tak melakukan itu, iyakan Severus"
"Ya sepertinya begitu"
'Ya sepertinya begitu' batin Hermione jawaban apa itu tak menenangkan sama sekali.
Hermione kembali ke posisinya tadi di sebelah Ron. Matanya masih membelalak tak percaya. Kawan-kawan seperjuangannya hanya bisa menatap kasian teman mereka akan disandingkan dengan binatang buas ular bersisik ganas. Tapi bukan itu masalah Hermione saat ini.
"Mione aku tak salah dengar partnermu si pirang itu? Oh bersabarlah mione" Harry menepuk bahu sobatnya tanda simpati.
"Kurasa jika kau salah dengar berarti telingku juga sama bermasalahnya dengamu, Harry. Jangan biarkan dia menyentuhmu Mione" Ron ikut bersimpati.
Mata Hermione masih terbelalak masih belum sadar atas semua ini. Harusnya dia bersenag hati karena dia menjadi Ketua Murid Putri tapi sekarang malah terkejut bukan main. Oh sungguh dunia sihir mulai gila sepeninggal Voldemort itu.
Semua mencoba menenagkan Hermione. Akhirnya dia mulai sadar dan hanya tersenyum terpaksa ke teman-temannya itu.
"Aku harus pergi, ada tugas dari Prof. Mcgonagall"
Jalannya lemah. Perlahan kadang melamun. Teman-temannya hanya bisa menatap Hermione dan menambah semangatnya. Harry dan Ron sebenarnya ingin ikut membantu tapi Hermione melarang dengan sadis.
Hermione ingin segera menyampaikan lencana milik Malfoy sebelum semua murid Slytherin kembali ke asramanya. Tapi dia terlalu terlarut dalam keterkejutannya sampai sudah banyak murid yang kembali ke asrama termasuk Slytherin. Sepertinya mereka mencoba kembali cepat ke asramanya untuk mencari Draco Malfoy sang pangeran Slytherin itu.
Hermione Pov
'Oh tidak aku harus mendatangi sarang ular berbisa. Merlin siapkan peti matiku sekarang juga' Dibenaknya terus saja terjadi perang batin.
'Bagaimana bisa aku harus menjenguk ke asramanya'
'Nyawaku benar-benar dalam bahaya'
'Profesor kau mau membunuhku dengan mejadikan ku umpan ke Slytherin itu'
'Aku harus pergi kah? Oh tidak' tapi dibatin yang lain Gryffindornya muncul.
'Kau takut Mione menyedihkan. Kau mempermalukan Godric Gryffindor!'
'Pergi bodoh atau kau pindah saja ke Hefflepuf'
Normal Pov
Terus begitu sampai akhirnya Hermione memberanikan diri dan sampai di depan pintu asrama Slytherin. Ragu-ragu ia mengucapkan kata kunci
'Theblesingbasilisk"
Awalnya tak ada yang memperhatikan Hermione sampai akhirnya ada sebuah suara angkuh Pansy Parkinson melantun tajam.
"Apa yang kau lakukan disini mudblood?" dengan penekanan di akhir kalimatnya.
Semua mata langsung menatap Hermione. Sejenak Hermione bergidik tapi ia tak takut. Tak akan pernah takut.
"Aku ingin bertemu Malfoy" Mata-mata itu menatapnya tajam.
"Kau mau masuk atau tidak nona, jangan hanya berdiri seperti orang bodoh"
Hermione menoleh ke arah suara itu, suara pria dari lukisan. Lukisannya sama angkuhnya dengan manusia yang ada didalamnya. Hermione menghela napas panjang. Perlahan dia memanjat lukisan itu.
"Beraninya kau masuk kesini jalang"
Hermione masih diam mencoba untuk tenang.
"Kau tak pantas disini dasar bodoh. Keluarlah menjijikkan"
"Aku hanya ingin bertemu Malfoy. Prof. McGonagall menyuruhku. Ada tugas." Jawab Hermione tegas. Ia harus tegas tak boleh takut.
Mata-mata Slytherin itu terus menatap tajam. Mengintimidasi. Beberapa menatap jijik.
'Oh Merlin selamatkan aku' 'Bodoh kenapa aku tadi masuk' batin Hermione.
Tiba-tiba saja beberapa cowok maju ke arah Hermione. Hermione memasang kuda-kudanya bersiap megambil tongkat di sakunya. Laki-laki itu terus maju perlahan ke Hermione. Goyle, Nott, Muncair dayang-dayang Malfoy juga ikut.
"Mau apa kalian? Berhenti atau kalian akan ku detensi" Hermione masih mengacunkan tongkatnya, mengarahkan ke mereka yang perlahan mendekat.
"Whooaa Ketua Murid Putri mulai beraksi nih, kau pikir sekarang kau ada dimana jalang?" Nott menyerigai ke arah Hermione.
"Beraninya kau mengotori ruangan kami dengan kehardiranmu"
Kali ini Hermione sudah terpojok. Hermione tak mungkin menggunakan sihir disini. Bisa-bisa Hermione dibalas berkali-kali lipat oleh Slytherin buas ini. Mereka terus mendekat.
"Habisi jalang bodoh itu Nott!"
"Kita punya hiburan disini"
"Habisi dia sobat, segera"
"Expelliarmus" Pansy melucuti tangkat Hermione. Dan Hermione sekarang tanpa pertahanan apapun.
'Aku benar-benar akan mati disini rupanya bodoh!' batin Hermione.
Riuh di ruang rekreasi Slytherin mereka berteriak kegirangan mendapatkan mangsa yang segar. Hermione terus terpojok. Tongkatnya sudah jatuh terlempar gara-gara Pansy.
"POTONG 50 POIN SLYTHERIN KARENA MEMBAHAYAKAN ORANG" Teriak Hermione hanya itu yang ia punya. "MALFOY! Keluar kau!" kembali teriakan terdengar.
"Beraninya kau! berteriak memanggil Draco seperti itu" Pansy menampar keras ke pipi Hermione.
Jari Pansy mencengkram erat pipi Hermione. Mukanya benar-benar mengerikan.
"Berikan padaku Pans. Dia harus dihukum" Theodore Nott maju lagi mendekat ke Hermione.
"Kau memotong poin kami. Hukuman baby" Nott meraih pipi Hermione.
"Berhenti! Atau kau ku detensi"
Posisi Hermione sungguh terdesak di pojok dinding dikeliling oleh ular-ular berbisa. Badan Hermione bergetar tapi ia tetap menjaga agar ketakutannya tak terlihat. Tidak untuk para Slytherin. Posisi Nott hanya berjarak 1 meter dengan Hermione tangannya mengelus pipi Hermione.
"Kau benar-benar akan ku detensi Nott"
"Oh benarkah? Tapi aku harus menghukummu dulu sekarang"
Tangan Nott mencekram lengan Hermione erat. Hermione tak berkutik meskipun sudah seluruh tenaga ia keluarkan.
"Lepaskan! Aku hanya ingin bertemu MALFOY" Hermione masih mencoba keluar dari ikatan itu. Hermione mencoba berteriak memanggil Draco lagi.
'Bodoh! Dimana Ferret itu, Siapapu keluarkan aku' Batin Hermione.
"Diam atau kau akan merasakan lebih"
Semua orang di ruangan itu berteriak.
"Habisi dia Nott!" Goyle berteriak, Nott meyerigai penuh arti.
Perlahan Nott semakin mendekat dan mendekat, kepalanya miring seakan mau menekan kepala Hermione. Teriakan makin menggema. Siulan terdengar. Mata Theodore terpejam mengarahkan kepalanya secara naluriah.
"Tidak tidak! Berhenti! Potong 30 poin untt.."
BRRAAAAKKK!
Semua menoleh. Seorang laki-laki keluar dengan tatapan tajam deathglare. Rahangnya mengatup keras, rambutnya yang pirang berantakan. Raut kesal terpapak disana.
"FUCK! Aku sudah bilang. Jangan. Membuat. Kebisingan. Sedikitpun!" Ada tekanan di setiap katanya.
Matanya beralih ke arah kumpulan teman-temanya itu. Draco berjalan cepat kearah gerombolan itu. Sontak semua yang bergerumbul mengelilingi langsung memberi jalan. Draco benar-benar marah kali ini tanganya terkepal. Buku-buku jarinya memutih siap menghantam siapapun.
Draco sekarang sudah berada di tengah. Theo yang masih di posisinya menoleh.
"Sory mengganggu mate. Aku hanya sedang bersenang-senang"
"Bodoh bersenang-senang katamu?" Draco langsung membalikkan badan Theo. Ia terkejut mendapati dengan siapa Theo 'berseng-senang'. Mata Draco membelalak seketika. Disana Hermione berdiri mematung sambil bergetar dan tatapannya ketakutan mungkin menahan tangis.
Seketika itu pula Draco langsung menghantam Theo bertubi-tubi. Rahangnya masih mengatup keras.
"Kau bilang kau bersenang-senang?" Draco melayangkan tinju ke-3
"Aku sudah memperingatkanmu dan yang lain untuk tak membuat keributan bodoh!" Draco melayangkan tinjunya yang ke-4
"Otakmu di mana?" Draco melayangkan tinjunya yang ke-5
Tak ada yang berani melerai. Sampai akhirnya terdengar teriakan.
"CUKUPPP!" Teriak Hermione.
Draco berhenti dari acaranya menghantam Theo itu. Theo hanya bisa tersungkur ke lantai dengan muka lebam, perutnya terus dipegang, dan keluar darah di sudut bibirnya.
"Apa yang kau lakukan disini, Granger?" Draco mendesis. Masih dengan deathglare dan rahang yang terkatup keras.
Hermione tak menjawab. Baru kali ini dia melihat Draco semarah itu, nyalinya sungguh menciut.
"Kau tuli hah?" Tanya Draco masih dengan mimik yang sama.
Semua murid Slytherin menjauh bahkan hampir semua dari mereka masuk ke kamarnya. Mereka tak mau mendapat bogeman dasyat seperti Theo tadi.
"Aku tak bisa bicara disini Malfoy" Suara Hermione bergetar tapi masih dengan nada tegas.
Draco menggenggam pergelangan tangan Hermione. Bukan menggenggam sebenarnya. Draco meremas keras dan menarik Hermione keluar asrama Slytherin. Hermione hanya meringis kesakitan dan tak berani protes. Hermione yakin saat dilepas nanti pergelangannya akan memar, denyut nadinya bahkan terasa.
Mereka keluar dari asrama. Draco menyeret Hermione ke koridor kosong dekat asrama Slytherin. Sesampainya Draco langsung menghentakkan tangan Hermione keras.
"Ouch! Ssstt" Hermione langsung memegang pergelangannya.
"Katakan sekarang" Napas Draco tersenggal-senggal, Masih marah sepertinya.
"Aku disuruh mengantarkan ini langsung untukmu –menyerahkan lencana—malam ini juga. Aku partner ketua muridmu. Dan ada pesan dari Prof. McGonagall kau dan aku harus menemuinya malam ini. Atau mungkin besok?"
"Besok saja" Jawabnya sekenanya. "Itu saja Granger? Bodoh! kau sampai masuk ke dalam"
"Aaarrhh!" Draco mencibir, ia mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan
"Enyahlah dari sini" Sambung Draco dan langsung berbalik meninggalkan Hermione.
Chapter 1 <------TBC -----> Chapter 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar